SITUS DLUWAK DI PADUKUHAN PIYAMAN II KALURAHAN PIYAMAN
17 November 2024 20:43:24 WIB
Kalurahan Piyaman Kapanewon Wonosari merupakan Kalurahan yang tidak hanya dikenal dengan pusat kuliner Bakmi Jawanya akan tetapi juga memiliki Cagar Budaya dan Situs. Ada 2 Cagar Budaya yang sudah mendapatkan penetapan dari Bupati Gunungkidul, Yakni Rumah Tradisional Paerah Martodiharjo yang merupakan rumah peninggalan Demang Wonopawiro dan Rumah Tradisional Dwijo Marwoto atau dikenal dengan nama Joglo Citakan.
Selain 2 Cagar Budaya ini Kalurahan Piyaman juga memiliki Situs Dluwak yang di dalamnya terdapat Yoni yang sudah mendapatkan penetapan dari Bupati Gunungkidul sebagai Cagar Budaya dengan nama Yoni D 103.1.
Lokasi dari Situs Dluwak ini terletak di Padukuhan Piyaman 2 Kalurahan Piyaman Kapanewon Wonosari, lebih tepatnya lokasi situs ini berada di sebelah utara Makam Demang Wonopawiro berjarak kurang lebih sekitar 400 M.
Situs ini telah di laporkan ke Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi D.I.Y yang berkantor di Bogem Prambanan dan telah di lakukan survey lapangan pada tanggal 23 November 2022. Menurut penjelasan dari salah satu anggota Tim Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi D.I.Y yang ikut survey kelapangan bahwa menilik jenis batuan dan jenis Yoni yang ada bahwa Situs ini mirip dengan yang ada di situs Pulutan dan dimungkinkan keberadaannya merupakan peninggalan Jaman Kerajaan Medang Kamulan yaitu Jaman Kerajaan Mataram Hindu Budha.
Menurut cerita dari Masyarakat yang memiliki lahan pertanian disekitar Situs Dluwak ini dan menurut tokoh masyarakat setempat bahwa batuan yang berada di situs ini dulunya berbentuk Brancak gamelan dan di waktu – waktu tertentu sering mengeluarkan suara gamelan. Situs ini juga sering disebut Krapyak karena dulu di situs Dluwak ini juga terdapat pagar mengelilingi situs atau dalam istilah masyarakat setempet disebut Krapyak.
Apa yang terbesit di benak kita ketika melihat gambar dari lingga-yoni? Barangkali ada sebagian dari kita yang menganggap bahwa hal itu merupakan sebatas peninggalan kebudayaan biasa saja, atau bagi yang awam barangkali menganggapnya sebagai sebatas batu biasa.
Lingga-yoni merupakan simbolisasi yang identik dengan Dewa Siwa-Sakti. Umat Hindu menjadikan lingga-yoni sebagai perantara yang profan dan sakral. Tak hanya itu, masyarakat Hindu melihat lingga-yoni sebagai manifestasi kebenaran sekaligus keindahan tertinggi; perkawinan agama dan filsafat dalam bentuk ikon yang mewakili pengertian tertentu (Sedyawati, 1994).
Lingga merujuk simbolisasi kelamin laki-laki (phallus), patung dewa, titik tugu pemujan serta poros atau sumbu, dan maskulinitas. Sedangkan yoni merepresentasikan rahim, tempat lahir, asal brahmana, daita, dewa, garbha, naga, raksasa, sarwa, sarwa bata, sudra, siwa, widyadhara, dan ayonia (Zoetmulder & Robson, 2000).
Clifford Geertz (1992) dalam konteks ini menyebut bahwa simbolisasi sebagai rumusan atau abstraksi dari pengalaman indrawi, gagasan termasuk di dalamnya termaktub sebuah keyakinan. Di dalam sistem simbol itu termuat berbagai informasi ekstrinsik; buah dari interaksi tak hanya individu melainkan juga kebudayaan tertentu. Dengan demikian, lingga-yoni sebagai sebuah simbolisasi, tentu saja menggambarkan berbagai makna tak hanya ekspresi kebudayaan atau keyakinan melainkan juga keindahan dan keseimbangan atas dualitas kehidupan.
Secara historis, keberadaan lingga sesungguhnya sudah melampaui masa yang panjang. Sejarah mencatat bahwa pada masa 500 atau 200 SM, lingga menjadi sebuah simbol kesuburan yang diperlihatkan pada peradaban lembah Indus. Begitupun di Bali, ada jejak sejarah yang mengindikasikan bahwa pada zaman lampau pernah ada sekte dalam agama Hindu bernama Pasupati yang menggunakan lingga dalam pemujaannya (I Nyoman Temon Astawa & Suwadnyana, 2020).
Dalam masyarakat Indonesia modern, simbolisasi lingga-yoni juga dijadikan dalam bentuk tugu Monumen Nasional (Monas). Tugu setinggi seratus tiga puluh dua meter yang dibangun oleh Soekarno untuk mengenang perjuangan rakyat Indonesia dalam merebut kemerdekaan itu dirancang dan dibangun dengan konsep khusus dengan merujuk pada visualisasi universal lingga-yoni (Saikhul Bahaudin 2023).
Komentar atas SITUS DLUWAK DI PADUKUHAN PIYAMAN II KALURAHAN PIYAMAN
Formulir Penulisan Komentar
Pencarian
Statistik Kunjungan
Hari ini | |
Kemarin | |
Pengunjung |
- SARASEHAN CAGAR BUDAYA DI PENDOPO SEWOKO PROJO
- MUSYAWARAH KALURAHAN KHUSUS PENETAPAN HASIL UPDATING DATA SDGS TAHUN 2024
- PELEPASAN SISWA PKL DARI SMK 1 WONOSARI DI KALURAHAN PIYAMAN
- PERTEMUAN RUTIN PKK KAPANEWON WONOSARI DAN PKK KALURAHAN SE KAPANEWON WONOSARI
- PENYALURAN BANTUAN CBP BULAN DESEMBER TAHUN 2024
- RAKOR KADER PIYAMAN BULAN DESEMBER 2024
- RAPAT KOORDINASI TERKAIT e-HDW TAHUN 2024